Monday, November 05, 2012

Andai aku jadi ketua KPK


Bagi saya, salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah mengajak setiap orang bekerja di bidang yang mereka sukai. Aneh mungkin, tapi saya melihat ada ‘penyimpangan niat’ yang terjadi pada presepsi masyarakat. Mereka mencari pekerjaan yang menghasilkan banyak uang, bukan pekerjaan yang memang mereka sukai. Dan pada akhirnya ketika mereka merasa kurang dengan apa yang mereka dapatkan, terjadilah korupsi tersebut demi mewujudkan kebahagiaan mereka, yaitu berupa uang. Bagi saya, rasa bahagia dalam mengerjakan pekerjaan yang saya sukai itu lebih penting.


Nilai inilah yang harusnya dipahami masyarakat. Karena pada dasarnya, tujuan setiap insan hidup di dunia adalah untuk mencari kebahagiaan. Dan akan fatal jadinya, jika seseorang berfikir bahwa kebahagiaan adalah uang. Padahal bahagia itu luas. Bahkan mengerjakan pekerjaan yang kita sukai saja, merupakan kebahagiaan.

Nah, bagaimana jika saya menjadi ketua KPK? Pastilah itu bukan pekerjaan yang mudah. Apalagi korupsi sudah seperti budaya di Indonesia. Memusnahkan suatu budaya buruk, pastilah akan melibatkan seluruh lapisan bangsa, agar korupsi tak lagi terjadi. 

Menurut saya, ada dua generasi terlibat yang harus ditangani secara berbeda. Pertama, generasi sekarang, yaitu para pejabat yang terlibat dalam pemerintahan, baik yang sedang menjabat maupun mantan pejabat (saya yakin, mantan pejabat juga memiliki pengalaman tersendiri mengenai lika-liku pemerintahan). Sedangkan generasi kedua yaitu generasi muda, yaitu para generasi penerus bangsa yang nantinya akan mengemban tugas kepemerintahan. Mereka juga harus dibina, diberi pengertian, untuk mencari kebahagiaan mereka sendiri, bukan dengan merampas hak orang lain, sehingga tak terjadi lagi korupsi-korupsi yang lain di masa mendatang.

Kedua generasi tersebut sama pentingnya dalam rangka pemberantasan korupsi. Keduanya memegang peranan penting dalam masa sekarang dan masa mendatang sehingga harus ditangani dengan sama-sama. Namun penanganannya pastilah berbeda. Generasi pertama lebih ke pemberantasan, sedangkan generasi kedua lebih ke pencegahan. Baiklah, mari kita bahas satu per satu.

Dalam kasus generasi pertama, kita perlu mencari pola korupsinya. Saya yakin setiap kasus korupsi memiliki pola masing-masing. Mengingat korupsi bukanlah pekerjaan yang cukup dilakukan sendiri, pastilah mereka mempunyai koloni dalam setiap kasus. Demi mengungkap pola ini, kita bisa memanfaatkan pelaku korupsi yang sudah tertangkap untuk menuturkan pola korupsi yang mereka lakukan. Memang agak sulit untuk mewujudkan ini dengan hukum yang ada sekarang. Dengan wewenang sebagai ketua KPK yang saya miliki, mungkin saya akan sedikit lebih kejam dalam menangani para koruptor tersebut. Memberikan hukuman penjara sama seperti pelaku pencuri ayam bukanlah hukuman yang berat. Kita harus memberikan hukuman yang lebih menekan mereka, seperti mengasingkannya di penjara khusus sampai mereka mau menceritakan yang sebenarnya. 

Kita juga memerlukan koordinasi dari berbagai pihak yang memiliki satu misi yaitu untuk memberantas korupsi di Indonesia. Saya yakin, masih ada aparat kepolisian yang benar-benar peduli akan hal ini, hakim jujur yang tak pandang bulu dalam menangani sebuah kasus, yang juga sangat prihatin dan peduli akan permberantasan korupsi. Jika tak cukup, kita masih mempunyai jutaan masyarakat yang mendukung KPK. #SaveKPK salah satu bukti kekuatan masyarakat. Itulah keuntungan dari jumlah rakyat yang banyak.

Jika menjadi ketua KPK, saya mungkin akan mencontoh sedikit dari negara Italia yang melakukan operasi tangan bersih. Dalam kasus tersebut, selang 12 bulan setelah salah satu orang tertangkap, sebanyak 1.356 surat penangkapan dikeluarkan dan terbongkarlah pola korupsi mereka selama ini. Mereka menggunakan kekuatan bersama dalam menangani korupsi. Bahkan masyarakat pun ikut memberi efek jera dan malu secara langsung kepada para koruptor dengan cara yang cukup unik. Mereka melempar koin jika melewati kantor pemerintahan sebagai simbol kemuakan rakyat atas tindak korupsi pemerintah mereka.

Jika dibandingkan di Indonesia, kita mempunyai beberapa pelaku korupsi (tokoh kunci) yang sudah tertangkap. Padahal mereka bisa dimanfaatkan ‘lebih’ seandainya mendapat tekanan yang lebih keras lagi. Jumlah rakyat yang banyak juga bisa kita manfaatkan untuk membuat pergerakan. Selama ini masyarakat hanya menggerutu masing-masing. Ini saatnya kita bersatu membuat suatu pergerakan untuk melawan koruptor. Sebagai contoh, seperti gerakan #saveKPK seperti beberapa waktu lalu. 
Sebenarnya kita bisa, hanya saja kita belum menyadari kekuatan yang kita miliki. (:
Sedangkan dalam kasus generasi kedua, nilai dalam paragraf pertama sangat perlu mereka ketahui. Mengetahui sesuatu yang ingin mereka kerjakan adalah sesuatu yang harusnya diketahui oleh setiap orang. Sewaktu lulus SMA, saya mendengar banyak teman saya bingung menentukan jurusan yang akan mereka ambil di perkuliahan nanti yang menyebabkan mereka akhirnya memilih jurusan yang menjanjikan pekerjaan yang menghasilkan banyak uang. Doktrin memiliki cita-cita yang menghasilkan banyak uang seharusnya diganti dengan ‘milikilah cita-cita yang kau sukai pekerjaannya’. Dan selain itu, menanamkan nilai-nilai agama dari kecil juga tak kalah penting. Dengan memberikan bekal ahlak, diharapkan generasi penerus ini lebih mengerti konsekuensi perbuatan buruk yang akan mereka lakukan.

Namun yang paling terpenting daripada merubah sistem seperti diatas, berubahlah dari diri kita masing-masing.  Dan mari kita wujudkan Indonesia yang bebas korupsi bersama-sama. (:

Kredit gambar : 1

2 comments:

  1. Yap, sekarang hampir seluruh masyarakat berpikiran bagaimana cara mendapatkan uang dengan cepat dan akhirnya melakukan pekerjaan apa saja yang kadang tidak sesuai dengan passion atau skillnya. Hasilnya, banyak yang stress dan merasa selalu tidak bahagia dengan apa yang telah didapatkannya seperti yg kamu sampaikan di atas.
    Kadang pengen juga sih bikin club-club yang sesuai minat dan bakat kaya di luar negeri, pasti generasi kedua akan lebih terarah.

    spoonafternoon.blogspot.com

    ReplyDelete
    Replies
    1. yap! you got what I mean.
      padahal kita banyak potensi buat jadi negara maju loh.. (anyone on my side?)aku si lebih menyayangkan mind set bangsa kita yang masih kurang oprimis aja.. (:

      yes, itu ide bagus. menurut aku, negara berkembang sah sah aja si niru cara bangsa lain yang udah duluan maju asal kita bisa nerapin disini aja..

      Delete

Feel free to spread your thought here..